Alasan
Disinilah Ardion berada malam ini, di rumah mewah milik keluarga Abian. Ardion nampak sangat gugup padahal dia sering kali bertemu orang banyak dan juga sering mengadakan pertemuan. Pasalnya kini Abian menatap lekat pemilik nama Ardion itu dengan intens, mencari tau sosok di hadapannya ini benar-benar bisa menjaga putri kesayangannya itu atau tidak.
“Jadi udah berapa cewek yang kamu pacari?” tanya Abian dengan tegas. Ardion yang mendengar itu sedikit tersentak, karena nada ucapan Abian terdengar sangat serius.
“Eh? itu om, Saya belum pernah pacaran” jawabnya dengan gugup. Abian yang mendengar itu mengerutkan keningnya heran.
“Masa sih?” Ardion mengganggukkan kepalanya pelan dan berkata. “Iya om”
“HAHAHA” kini Ardion yang dibuat heran dengan tingkah Abian yang tiba-tiba saja tertawa.
“Gak usah tegang gitu kali, kayak lagi wawancara aja lo”
“Lagian santai aja sama saya. Dengar saya baik-baik ya, saya gak peduli kamu udah macarin berapa banyak cewek. Tapi yang penting ketika kamu nantinya sama anak saya, saya mau kamu hanya fokus sama dia. Gak boleh sampai ada orang lain dihubungan kalian.”
“Om emang percaya sama saya?”
“Loh jadi kamu mau saya ragu sama kamu?”
“Bukan gitu om maksudnya”
“Setelah sekian lama saya ketemu lagi sama bunda kamu dan ingetin saya tentang perjodohan itu yang saya pikir itu hanya candaan. Karena pas itu kalian semua masih sama-sama kecil dan ayah kamu tuh dulu benar-benar semangat banget mau jodohin kamu sama Raniesha. Saya pikir bercanda, jadi saya bilang “kalau anak lo udah sukses dan tampan gue bakalan izinin Raniesha buat jadi menantu lo” dan ternyata dia benar-benar ngelakuin hal itu. Dia kirim kamu kesini dalam kondisi udah sukses dan hmm lumayan lah ganteng, tapi masih gantengan om. Dan setelah liat kamu langsung hari ini, saya percaya kalau kamu bisa jaga Raniesha dengan baik.”
“Terimakasih om sudah percaya sama saya”
“Tapi walaupun ini amanah dari ayah kamu, saya tetap kasih keputusan ini sama Raniesha. Saya gak mau memaksakan dia”
“Iya om Dion ngerti”
Tak lama seorang wanita paruh baya menghampiri kedua lelaki tersebut.
“Pa, ayok makan malem. Ajak Bian nya”
“Yuk Dion makan malam dulu”
“Iya om terimakasih” Keduanya pun melangkahkan kaki menuju ruang makan, dengan Erika, Raniesha dan Ranielle yang sudah ada disana.
“Dion, kamu tau yang mana yang Raniesha?” Ardion yang ditanya seperti itu meringis pelan, karena dia benar-benar tidak mengingat satu pun dari mereka dan wajah mereka benar-benar sangat mirip, sulit untuk dibedakan.
“Hahaha itu yang disamping istri saya Ranielle, samping Ranielle baru Raniesha” kedua gadis itu hanya menyunggikan senyumnya kala papa nya itu menyebut nama mereka.
“Habis makan kalian boleh ngobrol dulu nanti berdua, biar lebih dekat”
“Pa”
“Iya om”
Setelahnya tak ada lagi perbincangan diantara mereka, hanya ada dentingan suara garpu dan sendok yang saling beradu yang terdengar di telinga masing-masing.
Tak butuh waktu lama, sesi makan pun sudah selesai.
“Silahkan kalian ngobrol berdua atau kalau mau keluar saya izinin tapi tidak boleh lama, sudah malam soalnya.”
“Eh gak usah keluar om, disini aja gimana”
“Yasudah di taman belakang aja kalo gitu” ucap Erika
“Yasudah saya duluan keatas. Sha ditemenin baik-baik Ardion nya”
“Iya pa”
Ranielle yang merasa sudah tidak enak dan kesal ikut beranjak meninggalkan ruang makan tersebut. Sebelum kakinya melangkah ada tangan yang menahan di bahunya.
“El” lirih Raniesha. Namun dengan cepat Ranielle menghempaskan tangan Raniesha dan langsung pergi begitu saja.
Disinilah mereka berada. Duduk berdua di kursi taman dengan penerangan lampu yang minim. Namun suasana malam yang indah dengan banyak bintang bertaburan dan juga sinar rembulan seolah tau apa yang dirasakan mereka berdua.
“Kak Dion?” ucap Raniesha memecah keheningan diantara mereka berdua.
“Hmm”
“Kenapa kak Dion mendukung perjodohan ini? Alasannya apa? Padahal kita udah lama gak ketemu dan bahkan udah saling lupa dan saling gak kenal”
“Ayah, bunda”
“Hah?”
“Alasan pertama gue adalah ayah. Karena dia yang minta lo buat jadi menantunya, tapi sebelum itu terwujud dia justru udah pergi duluan. Bahkan disaat terakhirnya dia masih ngingetin gue buat nyari Lo. Dan alasan terakhir gue bunda, karena gue mau bunda berhenti kerja dan pulang dari Kalimantan. Alasan bunda sama, dia mau pulang kalau gue ketemu sama lo.” Raniesha menghela berat nafasnya. Segitunya kah kedua orang tua nya menginginkan Raniesha menjadi menantunya?
“Aku paham perasaan kak Dion sebagai anak. Aku juga paham niat kak Dion itu baik. Tapi kak pernikahan itu hubungan antara dua orang yang saling mencintai dan menyayangi. Hubungan dimana dua orang harus saling percaya satu sama lain. Dan itu belum ada diantara kita, jadi buat apa kita menjalani hubungan hanya berdasarkan kesepakatan orang tua?”
“Kalau gitu bantu gue”
“Hah? bantu apa?”
“Mencintai dan menyayangi lo”
“Kak”
“Sha, gue tau ini aneh dan lo pasti kaget. Karena jujur gue juga belum pernah pdkt sama cewek. Tapi kasih gue waktu 7 hari dan selama itu juga lo harus bantu gue buat cinta dan sayang sama lo. Setelah 7 hari gue terima apapun keputusan lo Sha. Kalaupun lo nolak gue, gue bakalan bicarain sama bunda baik-baik”
“Kak Dion”
“Terima atau gak Sha? gue gak suka basa-basi. Sekalian itung-itung latihan pas ngelamar lo beneran nanti”
“Oke fine seven day. But rasanya mustahil banget buat jatuh cinta secepat itu”
“Kita liat Sha, siapa yang jatuh cinta duluan. Lo atau gue?”