Ayana-02
Ayana melangkahi kakinya menuju lantai 2 dimana kamarnya bersama Nakula berada. Gadis itu sudah tiba di depan pintu kamar yang sedikit terbuka itu, dia dengan takut-takut mengetuk pintu kamar. Terlihat Nakula sedang duduk di tepi ranjang sambil memainkan handphonenya. Nakula yang mendengar suara ketukan pintu menoleh ke arah sumber suara dan mengatakan, “Masuk Ay, ngapain berdiri disitu?” Gadis itu masih terdiam disana sambil menundukkan kepalanya.
“Kenapa masih diem? Mau aku yang tuntun kesini?” ucapnya lagi. Mendengar itu Ayana langsung melangkahkan kakinya mendekati Nakula. Setelah tepat berdiri di hadapan suaminya itu, dia membuka suaranya, “Maaf...”
Laki-laki yang berstatuskan suami Ayana itu meletakkan handphonenya di sebelah kanannya. Setelahnya dia menatap istrinya itu dan meraih tangannya untuk menuntunnya duduk di sampingnya. “Duduk Ay”
“Kak maaf, aku bukannya gak mau cerita. Tapi menurutku ini gak terlalu penting”
“Ay ceritanya emang gak terlalu penting, tapi aku emang gak penting ya buat kamu? Sampai masalah kayak gini aja kamu gak mau kasih tau ke aku?”
“Gak gitu kak...”
“Terus gimana? Aku emang udah denger ceritanya dari Adrian, tapi aku juga mau denger dari kamu. Itu juga kalo kamu mau cerita sama aku”
“Mau! Aku mau ceritain ke kak Nakula”
Nakula tersenyum ke arah gadisnya itu. Karena bagaimana pun kesalahan gadisnya itu, Nakula tidak bisa memarahinya. Lagipula daripada marah-marah lebih baik dibicarakan dengan kepala dingin bukan?
“Yaudah sini tiduran yuk sambil peluk ya ceritanya” Ayana yang mendengar itu menganggukan kepalanya semangat.
Flashback On
Ayana bersama kedua temannya, Alsa dan Ajiandra sedang berbincang di tepi lapangan karena sedang waktunya istirahat di kala ospek. Ayana sedang asyik mengunyah 2 buah permen karet yang diberikan Alsa tadi sambil tertawa mendengar cerita yang diceritakan oleh Ajiandra. Gadis itu mulai membentuk permen karet tersebut menjadi sebuah balon sampai sebuah suara mengejutkannya.
“EHH KALIANNーARGHHH”
“Anjir! Permen karet lo!”
Ayana panik setengah mati. Dia tidak sengaja membuat permen karet yang tadinya sudah membentuk balon itu mengenai rambut katingnya. Lagipula ini salah kating itu, sudah membuat Ayana terkejut dan dia juga yang terlalu mendekat.
“K-kak m-maaf... Aku gak sengaja” ucapnya sambil menundukkan kepalanya.
“Lo tuh Argh! Lagian ini juga kalian kenapa masih ngerumpi disini! Udah tau waktu istirahat udah selesai”
“Kalian berdua balik ke barisan dan buat lo lari 10 kali di lapangan ini!”
“Hah? 10 kali kak? Yaampun ini lapangan luas banget loh kak. Lagian itu juga teman saya gak sengaja karena kakak kagetin” ucap Alsa membela Aya.
“Iya bener sih bukan pure kesalahan Aya. Kalo emang Aya harus dihukum kita berdua juga harus dihukum” lanjut Ajiandra.
“Lo berdua sok pahlawan banget dah. Mending ikutin kata Gaby, balik ke barisan sekarang atau hukuman temen lo bakalan nambah” ucap salah satu teman katingnya itu.
“Alsa Aji kalian duluan aja, aku gapapa”
“Tapi Ay” Sekali lagi Ayana meyakinkan kedua temannya dengan mengganggukkan kepalanya itu. Setelahnya Alsa dan Aji meninggalkan Ayana dengan berat hati.
“Yaudah tunggu apalagi mulai larinya”
“I-iya kak” Ayana dengan berat hati mulai mengelilingi lapangan tersebut. Sebenarnya melihatnya saja sudah membuatnya lelah, karena sungguh lapangan utama ini benar-benar sangat luas.
Sudah putaran kedua Aya sudah mulai ngos-ngosan. Dia benar-benar sangat lelah. Keringat sudah membasahi wajahnya, ditambah lagi matahari yang sangat terik.
Sudah beberapa menit berlalu, Ayana baru berhasil mengelilingi lapangan itu sebanyak 5 kali. Masih ada 5 putaran lagi, tapi kepalanya sudah terasa sangat pening dan dadanya terasa sangat sangat sesak.
Dari kejauhan seorang laki-laki menghampiri gadis yang sedang berhenti sebentar untuk menetralkan nafasnya itu.
“Ay? Lo ngapain?”
“Hah... hah... kak Ian... A-aku lagi lari” ucapnya dengan nafas yang terengah-engah.
“Ya gue tau, maksud gue lo lari ngapain? bukannya ikut ke barisan”
“Nghh anu, aku lagi di hukum” Laki-laki bernama Adrian itu mengerutkan keningnya heran dan menaikkan alisnya seakan-akan dia bertanya “Siapa yang menghukum nya”.
“Itu sama kakak yang disana” Ayana mengarahkan matanya ke arah pinggir lapangan, dimana seorang kating perempuan yang diketahui bernama Gaby, bersama kedua temannya itu berada.
“Gaby?” Ayana menganggukkan kepalanya dengan mantap. “Kenapa?” tanya nya sekali lagi. Ayana menceritakan semuanya kenapa dia bisa dihukum sampai seperti ini, yang sebenarnya seharusnya ini tidak sepenuhnya salahnya. Adrian yang mendengar itu menahan amarahnya.
“Ikut gue” Tanpa banyak tanya Ayana mengikuti Adrian yang sudah lebih dulu jalan di depannya untuk menghampiri kating tersebut.
“Gaby”
“Ya? Loh Adrian, ngapain lo sama dia?”
“Lo yang apaan? Main ngehukum gitu aja”
“Dia salah Ian, yang pertama dia gak tepat waktu yang kedua dia udah bikin rambut gue kena permen karetnya dia”
“Cih, alasan kedua lo gak logis. Lagian nih ya udah gak jaman kali ngehukum pake ngelilingin lapangan. Terus lo pikir aja lapangan seluas ini lo suruh dia buat ngelilingin ini 10 kali. Kalo dia pingsan emang lo mau tanggung jawab?” Perempuan bernama Gaby itu menarik pelan nafasnya. Benar yang dibilang Adrian lapangan utama ini luas, 2 kali putaran saja sudah lelah. Apalagi 10 putaran.
“Ya sorry gue emosi”
“Ngapain minta maaf sama gue? sama dia lah”
“Lo kenapa sih ngebelain dia segitunya? dia siapa lo emang?”
“Gak penting lo tau dia siapa”
“Gue gak mau minta maaf, karena gue gak sepenuhnya salah”
“Dia juga gak sepenuhnya salah tapi dia tetep ngejalanin hukuman dari lo” Gaby hanya memutar bola matanya malas mendengar celotehan teman seangkatannya itu.
“Gue gak peduli Ian, tapi gue gak akan minta maaf”
“Kak Ian udah gapapa, aku gapapa kok serius”
“Tapi Ay”
“Tuh denger dia aja biasa aja. Udah lah gue mau pergi” Setelah mengatakan itu, Gaby pergi meninggalkan mereka berdua bersama temannya.
“Ay serius lo gapapa?”
“Gapapa kak beneran, btw makasih ya”
“Sama-sama, tapi itu lo keliatan capek banget deh Ay. Gue beliin minum dulu mau gak?”
“Gak usah, ntar aja. Aku balik ke barisan dulu aja ya, takut ketinggalan info”
“Oh iyaaa, kak plis jangan bilang ini ke kak Nakula ya. Sekali lagi makasihhh” ucapnya sekali lagi. Ayana berlari kecil meninggalkan Adrian sendiri menuju barisannya kembali.
“Hahaha gue gak janji Ay” gumam Adrian.
Flashback off
“Gitu kakkk”
“Brengsek Gaby” Nakula menyumpahi teman seangkatannya itu.
“Heh language kak”
“Huh aku kira kak Ian gak bocor, tau-tau nya malah digibahin” Ayana mengerucutkan bibirnya kesal dalam pelukan Nakula.
“Kalo gak karena Adrian mungkin aku gak akan pernah tau ya?”
“Kak, maafff”
“Iya iya, kali ini dimaafin”
“Tapi lain kali mau sekecil apapun masalahnya, se gak penting apapun ceritanya. Kamu harus tetep bagi ke aku ya Ay? Aku ini udah jadi suami kamu. Aku berhak tau semua tentang kamu, kalo kamu gak cerita masalah kamu ke aku. Aku merasa gak berguna Ay, aku merasa aku gak penting buat kamu”
“Gak gak, kak Nakula itu penting buat aku. Penting bangettt. Maaf ya kak, maaf sekali lagi. Huhu aku sayang banget kak Nakulaaa”
“Aku juga sayang kamu Ayana. Sayang bangettt. Udah ya tidur lagi, udah malem” Ayana menganggukkan kepalanya. “Yaudah tidur ya, good night princess”
“Night too kak Na sayang”