Karel & Heksa
Laki-laki berwajah sedikit bule itu sedang menunggu seseorang di rooftop yang sepi ini dengan kedua tangannya yang ia masukkan kedalam saku celananya. Tak berselang lama, empat orang remaja laki-laki memasuki rooftop tersebut.
“Wih bawa temen ternyata?” Laki-laki itu mengangkat suara nya yang ditujukan kepada lawan bicaranya itu. Lawan bicara nya itu kini berdiri tepat di hadapannya sambil tersenyum smirk, setelah nya dia mengatakan. “Tenang aja gue tetep sendiri disini. Temen gue cuman mantau kalau ada guru, gue sih gak takut. Cuman kasian aja sama lo, takutnya nanti ketauan sama guru ilang deh citra anak baik lo. Apalagi lo udah kelas 12, ups” Seakan terpancing laki-laki itu mencoba tetap tenang menahan emosinya. Setelah itu ketiga teman dari lawannya itu melangkahkan kakinya keluar, menutup pintu rooftop dan berjaga di luar sana.
“Jangan lama dan inget lo berdua itu dulu pernah temenan” ucap Bian. Laki-laki di dalam sana mengacungkan jempolnya tanda “oke”.
“Oke gak pake basa-basi. Jadi maksud lo apa?” To the point, itu yang dilakukan Heksa sekarang. Sekarang dia benar-benar hanya berdua di dalam rooftop bersama Karel, lawan bicaranya itu.
“Heksa Heksa lo ini beneran gak tau maksud gue apa atau emang pura-pura gak tau?”
“Jelasin Karel apa maksud lo ngedeketin Azia?”
“Because she’s your girlfriend” Heksa mengerutkan keningnya heran mendengar jawaban santai dari Karel. “And ya main-main sedikit gapapa kali ya. Apalagi gak ada yang tau kalo dia pacar lo dan satu sekolah tau gue lagi deket sama azia dan mereka bilang gue sama Azia cocok, ups”
“Brengsek apa maksud lo main-main”
“Maksud gue mainin hubungan lo, sorry gue gak tertarik sama Azia”
“Gue akan bikin Azia jatuh dalam pesona gue dan bikin dia ninggalin lo kayak apa yang lo lakuin dulu ke hubungan gue”
“Anjing. Gue udah bilang berulang kali, lo salah paham Karel. Dia pergi bukan karena gue!”
“Gue gak mau denger apa pun. Karena yang gue tau she’s like you dan itu jadi alasan kenapa dia pergi.”
“Bukan Karel! Itu bukan alasan utama dia pergi. Ah shit! Kenapa juga dia pergi ngilang tanpa kabar gini”
“I don’t care Sa. Gue tetep gak suka ngeliat hubungan lo yang selalu bahagia. Gue bakalan bikin Azia pergi dari lo.” Heksa sudah tidak mengerti dengan cara pikir Karel. Dengan amarah yang sudah dia tahan daritadi Heksa melayangkan pukulan tepat di wajah Karel. Karel yang tidak siap terhuyung kebelakang dan tepat di bagian bibirnya sobek karena pukulan Heksa.
“Ck, baru gini aja udah kepancing lo”
“Tenang aja Heksa gue gak apa-apain cewek lo. Gue gak tertarik, dia gak secantik itu buat gue. Tapi kalo sentuh dikit gapapa kali ya”
“Brengsek” tepat setelah mengatakan itu Heksa menendang tubuh Karel hingga tersungkur ke lantai. Heksa menghampirinya dan menarik kerahnya. “Gue kesini tadinya mau ngomong baik-baik. Tapi lo ternyata tetep sama aja kayak dulu. Bajingan”
“Sesama bajingan gak usah ngatain”
“Anjing” Heksa memukul wajah tampan Karel lagi dan lagi. Kini hidung Karel berdarah tapi tak membuat Heksa berhenti memukulinya. Karel yang juga masih menyimpan emosi mengumpulkan segala tenaganya untuk lepas dari cengkraman Heksa. Kini Karel mencengkram kerah seragam Heksa dan mendorongnya hingga ketembok dengan kasar. Membuat Heksa sedikit meringis.
“Brengsek ini buat lo yang udah bikin dia pergi dari gue” Karel melayangkan pukulannya ke wajah Heksa. “Ini buat lo yang udah ngancurin kebahagiaan gue” Tak hanya itu Karel juga menendang perut Heksa menggunakan lututnya. Heksa kini merasa kesakitan. Namun dia tahan hingga akhirnya dia kembali menendang Karel dengan seluruh tenaganya. Kini Karel kembali berada dalam cengkraman Heksa. Heksa benar-benar sudah tak memandang Karel lagi, dia memukul Karel dengan membabi buta. “Lo boleh ngatain gue anjing, lo boleh hina gue. Tapi gue gak akan suka lo bawa-bawa Azia dan ngehina dia gitu aja di depan muka gue”
Karel berdecih dan tersenyum miring. Tak lama setelahnya Bian, Faiz, dan Farel masuk ke dalam rooftop setelah mendengar ada barang yang terjatuh. Ketiga nya terkejut melihat kedua orang itu sama-sama sudah babak belur. Heksa yang belum sadar akan kehadiran temannya ingin melayangkan lagi pukulan kearah Karel namun dengan cepat di tahan oleh Bian. “Udah anjing Sa, Karel udah kayak mau mati gini masih aja pengen lo tonjok”
“Rel, Is bawa Karel dah ke uks cepetan sebelum ada yang tau”
“Gak perlu, gue bisa sendiri” Karel dengan susah payah mencoba bangkit, Farel dan Faiz yang melihat itu mencoba membantu.
“Thanks” ucapnya
“Jangan lo pikir karena lo udah bikin gue kayak gini gue bakalan mundur. Lo salah Heksa justru bikin gue semangat buat cepet-cepet ngancurin hubungan lo.” Setelah mengucapkan itu Karel keluar dengan berjalan sedikit kesusahan karena menahan rasa sakit ditubuh dan juga wajahnya.
“Bangsat” gumam Heksa