Kepergian
Gadis cantik berbalutkan dress berwarna putih itu melangkahkan kaki nya dengan cepat menyusuri koridor rumah sakit. Seharusnya malam ini adalah malam membahagiakan karaena di rumahnya sedang diadakan pesta untuk ulang tahunnya yang ke 17. Namun sebuah pesan membuatnya tanpa berpikir panjang meninggalkan pestanya itu.
Aline, gadis itu tak henti-hentinya menangis sepanjang jalan, tak lupa juga dia lafalkan untaian doa agar kekasihnya itu baik-baik saja. Aline sudah tiba di depan ruang ICU dengan Bian, Haikal, dan Arsen yang sudah ada disana.
“Bian, kenapa Raka bisa kayak gini?” lirihnya
“Aline lo ngapain disini?”
“Iya Aline pesta lo gimana?”
“Gue gak peduli, Raka gimana? Dia baik-baik aja kan?”
“Belum tau Lin, ini kita juga lagi nungguin dokternya keluar”
“Kenapa bisa Raka kecelakaan Bian? Lo bareng-bareng dia kan berangkatnya?”
“Gak Aline, gue sama yang lain make mobil. Tapi Raka kekeh mau bawa motor sendiri”
“Gue juga nyesel ngebiarin Raka pergi pake motor sendirian” Tak lama pintu ruang ICU tersebut terbuka.
“Kalian teman-temannya pasien?”
“Iya dok, gimana keadaan teman kami?”
“Gimana keadaan Raka dok? Dia baik-baik aja kan?” ucap Aline khawatir
“Maaf saya harus mengatakan ini. Kemungkinan kesempatan pasien selamat hanya 20% dan dia tadi meminta untuk bertemu dengan kalian semua”
“Gak dok, dokter bercanda kan?” Aline menolak mentah-mentah pernyataan dokter tersebut, dia menggelengkan kepalanya. Dada nya begitu sesak dan air mata terus saja mengalir di wajahnya.
“Iya Dokter pasti bercanda kan? Temen kita itu kuat dok dia pasti baik-baik aja??!” ucap Haikal tak terima
“Lebih baik kalian semua sekarang masuk dan temui teman kalian. Saya permisi dulu, kalau ada apa-apa cepat panggil saya”
“Baik dok”
Bian memasuki ruangan ICU terlebih dahulu, disusul dengan Aline, Haikal dan Arsen di belakang. Mereka berempat melangkahkan kaki nya perlahan memasuki ruangan tersebut.
Lutut Aline terasa lemas karena di hadapannya kini Raka terbaring lemah dengan banyak darah di sekujur tubuhnya. Aline mendekati nya perlahan, tangisnya makin menjadi.
“RAKAAA”
“A-aline” ucap nya melemah
“K-kamu kok disini? Pesta ulang tahun kamu gimana?” Aline tak mampu menjawab pertanyaan itu dia hanya menggelengkan kepalanya. Tangannya terulur pelan untuk mengelus rambut Raka, dia tidak peduli dengan banyaknya darah yang ada di kepala Raka yang akan mengotori tangannya itu. Tangun satu nya lagi dia gunakan untuk menggenggam tangan Raka.
“Sayang sakit ya? Bertahan sebentar ya?” lirih Aline, Raka hanya tersenyum walaupun sebenarnya dia merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Membuat hati Aline meringis.
“Rak lo kuat, gue tau lo pasti baik-baik aja” ucap Bian
“Rak ah anjir cepet sembuh lo, biar bisa marahin kita-kita lagi” ucap Haikal
“Lo harus kuat Rak, kalo gak ntar siapa yang jaga Aline?” ucap Arsen
Dengan tegar mereka bertiga mencoba menguatkan temannya itu, namun dalam hati kecil mereka. Mereka tak sanggup melihat temannya yang sedang berjuang antara hidup dan mati itu.
“G-gak usah nangis lo pada” ucap Raka. Mereka bertiga menatap Raka dengan tidak percaya, mau marah pun tidak bisa.
“A-aline m-maaf ya a-aku gak jadi dateng ke pesta ulang kamu”
“H-harusnya sih tadi aku berangkat ke rumah kamu, tapi malah nyasar ke rumah sakit” Mereka berempat membulatkan matanya tak percaya, bisa-bisanya laki-laki itu bercanda dalam kondisinya saat ini.
“S-sayang s-selamat ulang tahun. Kamu cantik banget malem ini, K-kamu harus tau kalau aku sayang banget banget sama kamu dan ya aku merasa beruntung bisa milikin kamu. A-aline terimakasih ya sudah menjadi perempuan kedua setelah bunda yang aku sayangi, makasih karena kamu aku jadi gak merasa sendirian lagi” lirih Raka
“Raka apasih jangan ngomong gini”
“A-aline m-maaf aku sayang kamu, aku sayang bun—da” Tangan itu, tangan yang tadinya menyentuh wajah cantik Aline kini sudah tergelatak tak berdaya di samping tubuhnya bersamaan dengan matanya yang sudah terpejam rapat.
“RAKAAA. PLISSS GAK RAKAAA JANGANNN”
Bian yang sudah merasa tidak beres dengan kondisi Raka memanggil dokter kembali, tak lama Bian bersama dokter dan perawat itu kembali untuk menangani Raka, tapi ternyata takdir berkata lain Raka sudah tidak lagi menghembuskan nafasnya. “19 Oktober 2019 pasien kecelakaan bernama Raka telah dinyatakan meninggal dunia” ucap dokter tersebut.
Mereka berempat yang ada disana diam mematung, mencerna apa yang dikatakan dokter tersebut.
“RAKAAA BANGUNNN PLISS GAK KAYAK GINI RAKAA”
“Raka kamu gak boleh ninggalin aku!”
“Raka kamu janji mau kasih aku hadiah, mana hadiahnya Raka?! Aku mau kamu yang kasih ke aku langsung Raka, kamu juga tulis di wish kalo kamu mau menua bersama aku. Tapi kenapa kamu malah pergi duluan Raka?! Kamu bohong Rakaaa, BANGUN RAKAAAA”
“RAKA!” Gadis itu sudah tak sanggup lagi meneriaki laki-laki yang sudah terbujur kaku itu. Aline tersungkur lemas di lantai, dia benar-benar terpukul atas kepergian Raka. Bian yang melihat itu merasa kasihan. “Aline lo yang kuat ya” ucap Bian sambil memegang pundak Aline yang bergetar hebat karena tangisannya.
“Raka anjing kenapa lo pergi duluan?! Katanya lo mau lulus bareng-bareng kita bangun lo Rakaaa” ucap Haikal mencoba menggerakkan tubuh Raka yang sudah melemah itu.
“Kal udah ikhlasin Raka, ini mungkin emang udah yang terbaik buat dia. Kita doain aja ya buat Haikal?” ucap Arsen
“Ka sorry semoga lo tenang disana ya”
Aline gadis itu bangkit kembali dirasa dia sudah sedikit tenang. Dia mencoba mencoba menggenggam kembali tangan Raka yang sudah sangat dingin itu.
“Raka aku juga sayang kamu, kamu yang tenang ya disana. Terimakasih karena sudah menyayangiku sampai akhir, terimakasih buat semua kenangannya aku gak akan pernah lupain itu sampai kapan pun. Kamu laki-laki terhebat yang pernah aku temuin setelah papa Raka, I love you” ucapnya untuk yang terakhir kali kepada lelaki yang sudah membuatnya jatuh hati itu.
Kepergian Raka yang tidak diduga itu membuat Aline dan ketiga sahabatnya begitu terpukul. Aline tidak pernah menyangka sebelumnya hari ulang tahunnya itu justru menjadi hari terakhirnya bersama Raka. Aline merasa semesta begitu jahat padanya, dihari membahagiakannya dia justru juga harus merasakan kepedihan yang mendalam.
“Mulai hari ini aku harus terbiasa tanpa kamu ya ka? Aku gak tau bisa bahagia tanpa kamu atau gak Ka. Hari ini bener-bener gak akan aku lupain, luka yang kamu kasih begitu dalam dan rasanya akan membekas dalam waktu yang lama”
“Selamat beristihat Raka Kenzie Mahanta, you are the best world boyfriend”