Laki-laki itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dengan perasaan bahagia. Dilihatnya seorang wanita paruh baya yang sedang merapikan makanan di meja makan.

“Kamu udah pulang?” ucap wanita paruh baya itu membuyarkan lamunan laki-laki itu.

“Iya bunda”

“Raka sayang, nih bunda masakin makanan kesukaan kamu” Ya laki-laki itu adalah Raka. Dia merasa sangat senang, karena hal ini sangat jarang dikarenakan Bunda nya yang sibuk bekerja.

“Dihabisin ya sayang, mama mau pergi lagi soalnya. Maaf gak bisa nemenin kamu makan” lanjutnya. Raut wajah Raka seketika berubah, dia menghela pelan nafasnya. Benar saja, dia seharusnya tidak berharap lebih kepada Bunda nya. Dia seharusnya tidak berharap bisa menghabiskan banyak waktu bersama bundanya, walaupun sebenarnya dia sangat ingin.

“Bunda mau pergi lagi?”

“Iya sayang, maaf ya. Bunda lupa kalau ada rapat, bunda pergi dulu ya. Jangan lupa dihabiskan makanan nya ya” Bunda Raka lalu melangkahkan kaki nya keluar rumah, meninggalkan Raka sendiri di meja makan dengan beberapa makanan kesukaan Raka yang dibuatnya.

“Hati-hati bunda” lirihnya pelan. Raka kecewa, padahal dia pikir dia bisa menghabiskan waktunya bersama bunda nya dengan berbincang dan makan bersama walaupun hanya sebentar. Namun, takdir berkata lain. Bunda nya itu seolah tidak punya waktu untuk dirinya, saat ada kesempatan selalu saja ada yang menghalanginya. Raka ingin egois, tapi dia tidak bisa. Karena dia tau, bunda nya pasti lelah karena bekerja keras mencari uang untuk dirinya menggantikan sang ayah yang sudah tiada.

Bunda Raka bukan cuman kangen masakan bunda. Tapi Raka juga kangen ngobrol sama Bunda. – batin Raka