Sama-sama Egois

Azia pikir Heksa akan membawanya ke suatu tempat, namun dia salah. Heksa justru membawa nya ke rumahnya. Azia sudah berkeringat dingin karena sepanjang jalan Heksa hanya mendiamkannya. Azia baru ingin membuka pintu mobil namun suara Heksa dengan cepat menahannya, “Tunggu”

Azia mencoba menetralkan nafasnya. Dia mencengkram tas nya untuk menghilangkan gugupnya. “Kenapa kamu bisa sama dia? Sedangkan kamu masih mengabaikan pesan aku.”

“Aku tadi sama kak Alan Sa”

“Bang Alan? Jelas-jelas kamu cuman berduaan di kafe itu sama Karel Zi” Ah Azia lupa bahwa kak Alan sedang di lantai atas kafe itu bersama temannya sehingga membuat Heksa salah paham melihatnya hanya berduaan dengan Karel. “Kak Alan ada di lantai atas Sa aku lupa dia lagi sama temennya, makanya dia nyuruh kak Karel buat temenin aku”

“Kenapa kamu gak minta langsung pulang aja Zi? Kamu malah milih berduaan sama dia disana” Azia kalah telak. Benar kenapa dia tidak langsung pulang saja. Dia mengakui dia salah karena pergi keluar begitu tanpa memberitahunya dan mendiamkannya tanpa sebab.

“Maaf. Aku cuman ngobrol dikit aja sama dia emang salah? Lagian kak Karel itu baik Sa”

“Aku kan udah pernah bilang Zi aku sama dia hubungannya gak baik-baik aja. Gak memungkiri kalo dia deketin kamu ada tujuannya”

“Apasih Sa jangan suudzon gitu. Dia aja gak tau kita pacaran”

“Ck, kamu kenapa keras kepala gini sih?”

“Apaansi? Kamu yang kenapa tiba-tiba nuduh aku gini. Padahal kamu jelas-jelas juga tadi dateng berduaan sama temen mu itu? Mau ngapain kamu? Mau ngedate?” Heksa terdiam dia melupakan fakta bahwa dia datang bersama dengan seorang gadis tadi.

“Aku sama dia tadi nyari tukang print, tapi banyak yang tutup jadi bawa kita ke daerah sana dan kebetulan karena udah capek sama haus kita akhirnya mampir ke kafe itu. Tapi yang aku liat malah kamu yang lagi berduaan sama Karel.”

“Aku gak ngedate Sa. Kamu juga kenapa ngeprint malem-malem gini kayak gak ada hari besok aja. Kayaknya bener deh dia pengen pdkt sama kamu berkedok tugas gini”

“Zi kamu apaansih aku sama dia beneran real karena tugas. Sedangkan kamu sama Karel itu apa? Kalian itu adkel sama kakel yang aku rasa gak ada tujuannya deh buat kalian buat ketemu.”

“Kamu tuh tau gak sih Zi kalo karel sebenernya tuh lagi mau pdktan sama kamu? Seharusnya kalo kamu nganggep aku ada kamu gak akan ngehirauin dia Zi. Oh atau jangan-jangan kamu emang udah suka dia ya? Terus abis itu kamu bakalan ninggalin aku dan jadian sama dia.” Lanjutnya, dia tersenyum kecut. Sungguh mereka berdua sama-sama tak mau mengalah dan egois terus mencari kesalahan satu sama lain. Azia yang mendengar itu merasa muak, dia juga berhak marah dan egois bukana?

“Kamu apa-apaansi Sa? Kamu nuduh-nuduh aku terus daritadi. Jangan-jangan kamu nuduh aku buat nutupin kesalahan kamu? Atau kamu yang sebenernya selingkuh sama dia tapi selalu beralasan tugas kelompok?”

“AZIA!” Damn. Heksa tersadar dia telah membentak gadisnya itu dan dia tak sengaja. Azia tersentak karena ucapan Heksa, tubuhnya sedikit gemetar ketakutan. Karena sebelumnya Heksa tak pernah membentaknya walau sebesar apapun masalahnya. “Sayang maaf aku gak sengaja” ucapnya sambil meraih pergelangan tangan gadis itu, namun dengan cepat ditepis olehnya. Azia sudah tak sanggup beradu argumen dengan laki-laki itu. Dengan tangan yang gemetar ia membuka pintu mobil tersebut dan keluar darisana sambil menahan tangisnya. Heksa yang melihat itu mengikutinya dan mencoba meraih kembali tangannya, namun sama dengan tadi gadis itu menepisnya secara kasar.

“Sayang maaf maaf. Dengerin aku dulu ya?”

“Pergi Sa, aku gak mau ketemu kamu dulu.” Perlahan gadis itu melangkahkan kakinya memasuki rumahnya. Setelah hilang dari pandangannya, Heksa masuk kembali ke dalam mobil menyisakan penyesalannya. “Arghhh anjing kenapa gue lepas kontrol gini. Bangsat ini semua pasti rencana Karel.” Heksa memukul-mukul stir mobilnya menyalurkan amarahnya. Kali ini Karel menang, dengan Heksa yang tidak dapat mengendalikan emosinya berujung dengan hubungannya yang semakin retak.