Sick

Setelah berpikir panjang akhirnya Azia menekan angka untuk membuka apartemen Heksa. Azia melupakan kejadian semalam karena dia juga khawatir. Azia tau bagaimana rapuhnya Heksa ketika sedang sakit dan bagaimana lemahnya dia. Terlebih lagi Heksa tinggal sendiri jauh dari orang tuanya dan Azia tau Heksa membutuhkannya.

Pintu apartemen itu terbuka setelah Azia menekan pin dengan angka dari tanggal jadian mereka. Azia memasuki apartemen tersebut dengan menjinjing plastik putih yang berisikan bubur dan beberapa makanan kecil untuk Heksa. Terlihat sangat sepi, Azia melangkahkan kakinya perlahan meunju kamar laki-laki itu. Azia membukanya dengan sangat pelan, karena Faiz bilang tadi Heksa sedang tertidur. Namun ternyata tidak, Azia mengedarkan pandangannya dan menemukan laki-laki itu terduduk di lantai sambil minum-minuman haram dari botol langsungnya. Heksa terlihat Nampak kacau, Azia dengan cepat menarik botol tersebut dari tangannya. “Kalau memperpendek umur gak gini caranya. Udah tau lagi sakit malah sok sok an minum ginian” Heksa terkejut dengan Azia yang tiba-tiba ada di hadapannya.

“Sayang kamu disini”

“Udah makan belum?”

“Zi”

“Aku tanya udah makan belum? Faiz udah bawain obat kan tapi katanya kamu belum mau makan”

“Azia ini beneran kamu?”

“Aku tanya sekali lagi kamu udah makan belum” Heksa menggeleng lemah.

“Bangun pindah ke kasur. Aku siapin makanan dulu sama obatnya. Lain kali tuh kalo sakit minum obat dulu bukannya malah minum itu” Heksa tak menjawab dia menuruti perkataan Azia untuk pindah ke kasur. Kepalanya sedikit pening. Azia keluar darisana menuju dapur untuk memindahkan bubur itu ke mangkuk. Setelah selesai Azia kembali ke kamar Heksa.

“Shhh panas banget Sa” ucapnya setelah memegang kening Heksa. “Makan dulu ya buburnya abis itu minum obat terus istirahat”

Heksa menganggukan kepalanya.

“Kamu kesini pake apa?” Tepat di suapan kedua Heksa berbicara memecah keheningan dintara mereka berdua. “ojol” Jawabnya.

“Yaudah nanti pulangnya aku anter ya. Maaf ngerepotin gini”

“Ngaco. Kamu tuh lagi sakit, ini aja masih lemes. Udah gak usah aku bisa pulang sendiri”

“Gak Zi aku bisa kok kalo nganterin kamu pulang doang”

“Sa bisa gak sih gak usah keras kepala? Diem aja gitu istirahat”

“Iya maaf” Tak terasa bubur di mangkuk itu sudah habis. Azia meletakkannya di samping meja kecil yang ada di samping ranjang Heksa. Dia mengambil segelas air putih dan memberikannya pada Heksa. “Nih minum dulu abis itu minum obatnya”

Heksa mengambil obat itu dengan sedikit ragu. “Sayang obatnya nanti aja ya atau gak usah aja. Aku kan udah makan ntar juga sembuh sendiri kok” Azia mengerutkan keningnya, dia tau heksa sedang menghindari obat itu. Heksa adalah orang yang tidak suka dengan bau obat-obatan.

“Minum cepet aku liatin”

“Zi”

“Kamu mau sembuh gak sih Sa?” Akhirnya dengan susah payah Heksa mencoba menelan obat tersebut.

“Pait zi”

“Ya iya lah namanya juga obat”

“Iya sih kalo manis mah itu kamu”

“Apasih lagi sakit masih aja gombal”

“Udah tidur lagi. Aku tungguin sampe kamu tidur”

Heksa memejamkan matanya perlahan. Azia mengamati wajah indah itu dengan seksama. Sungguh Azia benar-benar menyayangi laki-laki itu. Setelah di rasa Heksa benar-benar sudah tertidur Azia mencium kening hangat itu sebentar dan mengatakan, “Sa cepet sembuh. Jangan sakit lagi aku khawatir. Maaf aku masih sedikit marah dan kecewa sama kamu gara-gara kemarin. Besok PAS semoga kamu udah sembuh ya, aku pulang dulu. Get Well Soon sayang.” Setelah mengatakan itu Azia menarik selimut Heksa hingga ke dadanya. Dan dia dengan perlahan meninggalkan kamar tersebut sambil membawa mangkuk bekas bubur tadi. Sedangkan itu Heksa belum sepenuhnya tertidur, dia mendengar semua perkataan gadisnya itu. Heksa merasa beruntung memiliki Azia, gadis itu benar-benar memperlakukannya dengan baik, walau sedang marahan sekalipun. Heksa juga menyesal sudah membuat gadis itu menangis dan kecewa karena ulahnya.